29.5.14

Sungai Thames

To        : Larasati@e-mail.com
From    : Andrew@e-mail.co.uk
Subject : Surat dari Tepi Sungai Thames

Selamat malam menjelang pagi,

Kau tahu, aku tulis ucapan selamat malam diatas itu terakhir setelah menyelesaikan surat ini, untuk menyesuaikan dengan waktumu. Sama seperti menyesuaikan bagaimana suasana hatiku yang terus menerus memikirkanmu sepanjang waktu.

Aku tahu seberapa besarnya kau ingin berada di London, disini bersamaku begitupun aku. Pada dasarnya, mengambil kuliah Master sangatlah membosankan. Tugasmu jauh lebih banyak saat mengambil master. Tapi untunglah aku menyukai jurusan yang ku ambil. Elektro. Bertemu lagi dengan arus listrik dan siap-siap tersetrum tiap hari.

Membalas e-mailmu adalah hal yang kusukai. Walaupun aku hanya akan menanyakan, "Bagaimana kabar Oma?" dan mengingatkanmu beberapa hal yang sudah kau ketahui dengan jelas dan pasti padahal jauh di dalam hatiku ingin sekali untuk bertanya "Apakah kau merindukanku?" Tapi apa daya gengsiku rupanya jauh lebih tinggi.

Sekarang aku sedang berada di tepi selatan sungai Thames, diantara bangunan-bangunan yang sangat ingin kau kunjungi dan kau abadikan dengan kamera tuamu. Ada beberapa hal yang menarik mengenai sungai terpanjang kedua di Inggris (215 mil), setelah sungai Severn. Yang tentunya membuatmu, sebagai gadis yang selalu penasaran sepertimu, ingin membuktikannya.

Kadang, aku sampai membayangkan, jika kau mati nanti, kelak kau akan menjadi hantu seperti apa. Pasti menjadi hantu penasaran. Tapi aku tidak ingin kau mati. Aku ingin kau hidup bersamaku terlebih dahulu, membesarkan anak kita hingga dewasa dan kemudian aku mati. Lalu baru kau. Atau mungkin kita mati bersama. 

Aku sedang memandangi sungai Thames yang sibuk seperti biasa ditemani kopi dan cronut seharga 5 pounds. Aku tidak terlalu suka minum teh kecuali bersamamu atau Oma waktu itu. 

Kadang aku menaksir seberapa dalam sungai Thames, walau aku tahu angka pastinya di wikipedia pun ada, tapi aku memikirkan tentang tempat yang luas dan merupakan rumah lebih dari 119 spesies ikan di dalamnya. Tentu tempat yang besar dan luas kan?! Tidak aneh makanya waktu masa kependudukan Roma dulu, sungai ini disebut sungai Tamesis yang artinya wide-water atau dark-water.

Tapi kuharap, kau tidak ingin mencemplungkan dirimu ke dalam sana karena kau penasaran dengan 119 macam jenis ikan di dalamnya. Aku lebih memilih mengajakmu ke museum tentang ikan-ikan atau ke akuarium bawah laut daripada melihatmu nekat menyemplung ke dalam sana. Aku tidak ingin kehilanganmu, dan kau tentu tidak ingin kan menjadi salah satu jasad yang ditemukan di sungai Thames?! Setiap minggu ada satu jasad ditemukan disini. Betapa malangnya mereka.

Lagipula, kalau kau benar-benar nekat ingin menyemplung dan tidak mati, kau tahu tidak tahun 1858 parlemen di Inggris sampai libur karena bau amis dari tempat pembuangan kotoran di sungai Thames. Aku tidak akan segan-segan memanggilmu 'Laras-Bau' seumur hidupku dan membuat wajahmu memerah setiap waktu meskipun kau telah mandi bunga tujuh macam tujuh hari tujuh malam.

Omong-omong angka tujuh, sungai Thames ini melalui tujuh kabupaten utama di pusat Inggris; Wiltshire, Oxfordshire, Gloucestershire, Berkshire, Buckinghamshire, Surrey dan Greater London. Aku sebetulnya tidak hafal tapi aku mencari lewat ask.com.

Kemudian pada 17 Juli tahun 1717, pertunjukan orkestra George Frideric Handel yang berjudul Water Music di tampilkan di kapal barkas milik George I  diatas sungai ini. Aku membayangkan kalau kita memiliki mesin waktu dan kita ada disini, aku akan mengajakmu melakukan Royal Dance. Pastilah menyenangkan melihatmu yang cantik mengenakan gaun lebar ala bangsawan Inggris.

Kau ini tidak hanya cantik, tapi juga menginspirasi, seperti sungai Thames. Aku jadi ingat bagaimana kau menyukai literatur klasik. Kau haruslah pergi kesini, disini banyak sekali hal-hal mengenai buku-buku klasikmu itu. Kau tentu tahu penulis buku klasik Kenneth Grahame dulu tinggal di Pangbourne, dan dia menulis bukunya yang terkenal itu, The Wind in The Willows, karena terinspirasi dari sungai Thames. 

Begitupun Claude Monet yang melukis sungai Thames hingga tiga kali. Sepertinya sungai Thames memang bukan objek yang membosankan, sebab Monet kan seorang impresionis, dan kalau ia tidak dapat membuat orang terkesan, maka dia tidak bisa dikategorikan seperti itu kan?!

Mungkin itulah alasan kenapa Steven Spielberg mengambil setting di dermaga Tilbury di Essex untuk adegan kejar-kejaran Indiana Jones and the Last Crusade. Karena sungai ini begitu dalam, luas, dan menginspirasi. Sama sepertimu. Bisa kubayangkan kalau kau membaca tulisan ini kau pasti akan senyum-senyum sendiri atau memintaku mengantarmu untuk napak tilas adegan kejar-kejaran itu.

Banyak hal yang menarik disini yang kurasa kau akan sangat menyukainya. Kau tidak akan menghentikan kakimu untuk keliling London dan membuktikan bahwa mercusuar satu satunya yang ada di London adalah di menara Hamlets, tepatnya di Trinity Buoy Wharf. 

Aku juga membayangkan bagaimana kau berusaha untuk mengunjungi hampir semua jembatan yang melintasi sungai Thames. Kusarankan jangan. Terlalu banyak, Laras. Kau tidak mungkin menghabiskan waktumu ke ketujuh kabupaten yang dilintasi sungai Thames kan, hanya karena ingin melihat seluruh jembatan. 
Tapi mungkin kita bisa melintasi jembatan Waterloo, jembatan terpanjang di pusat London yang diangkat ke film pada tahun 1930an. Jaraknya 1250 kaki atau setara 381 meter.

Lalu kalau kau lihat warna hijau di jembatan Westminster, rupanya warna hijaunya serasi dengan kursi dari bahan kulit di House of Commons Chamber. Kau pasti langsung penasaran dan ingin membuktikannya. 

Aku jadi membayangkan naik kereta bersamamu menembus terowongan bawah air pertama yang kini merupakan jalur rel di East London atau melewati jembatan kereta api Staines yang dicat warna kuning guna mencegah angsa-angsa yang bermigrasi pada bulan-bulan tertentu tidak menabrak atau tidak sengaja tertabrak kereta. Aku ingin melihat wajahmu yang gembira melihat pemandangan itu semua. Aku ingin melihat senyumanmu.

Aku ingin kau menarik tanganku untuk tidak capai-capainya berjalan dan melihat HMS President, kapal Q anti-submarine peninggalan perang dunia pertama yang dikaitkan secara permanen di sungai Thames, di hulu jembatan Blackfriars. Aku ingin melihatmu melanglang buana dengan segala macam sejarah yang melatar belakanginya. 

Atau mungkin kita berdua bisa main Poohsticks, permainan menjatuhkan batang kayu berwarna ke dalam hulu sungai yang mengalir dari atas jembatan dan kemudian siapa yang lebih dahulu batang kayunya mencapai hilir, dialah pemenangnya. Aku berani bertaruh, kau pasti memilih warna pink untuk batang kayumu dan akan sangat bergembira sekali begitu kau menang menyaingi aku. Permainan konyol ini di olimpiadekan setiap tahun di Day's Lock, di daerah Oxfordshire. Kita bisa kesana saat musim panas. Pastilah menyenangkan.

Mendadak, merindukanmu sekarang merupakan hal yang pelik untukku. Aku ingin bisa melihatmu, bersamamu memulai kehidupan dan dengan jujur mengungkapkan seluruh isi hatiku kemudian berbagi segala hal yang bisa kubagi denganmu. Seperti bagaimana air sungai Thames berkontribusi terhadap dua pertiga air minum di London. Ataupun untuk paling tidak delapan orang di Cotswolds yang meminum airnya sebelum air itu sungguh-sungguh tiba di laut. Menjadikanmu bagian dari aktivitas kecil yang sederhana dalam hari-hariku.

Sederhana. Sesederhana bagaimana pesawat-pesawat yang melintas di atas Thames pada malam hari menggunakan bantuan kilatan cahaya dan permukaan air sungai Thames untuk navigasi. Mungkin terdengar rumit untuk seorang ekonom sepertimu, tapi tidak rumit kalau kau ada disini dan melihat langsung sendiri. 

Aku sangat merindukanmu, dan sejak awal aku melihatmu waktu itu di rumah Oma Tracy, aku tahu ada sesuatu yang tidak beres dengan perasaanku. Namun aku berpura-pura dingin. Tapi tetap saja sifatmu yang ceria membuat aku merubah haluanku dan pemikiranku. Seakan akan pikiranku ini adalah kemacetan panjang di Old London Bridge dan kau adalah Lord Mayor yang akhirnya mengubah haluan mengemudi menjadi stir kiri pada tahun 1722 supaya lalulintas bergerak dengan lebih teratur dan akhirnya diterapkan di negara kita juga. Jadi aku tidak kaget begitu menyetir disini.

Dan kalau suatu hari kau menjadi milikku, aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Tidak akan menjadi lelaki brengsek yang meninggalkan seorang feminis seperti Mary Wollstonecraft demi seorang aktris. Tapi aku rasa lelaki itu pantas meninggalkannya. Habisnya Miss Wollstonecraft bodoh. 

Aku tidak bilang menjadi feminis itu bodoh, sebab kau adalah seorang feminis juga. Tapi Miss Wollstonecraft lah yang bodoh. Kalau dia tidak bodoh, dia tidak akan menjatuhkan dirinya dari jembatan Putney hanya karena patah hati. Beruntung seorang tukang kapal menyelamatkannya saat dia hanya pingsan. 

Tapi, bagaimana denganmu jika suatu hari aku menyakitimu? Apakah kau berpikir sebodoh Miss Wollstonecraft? Aku rasa tidak. Kau gadis cerdas dengan penuh rasa ingin tahu yang besar, dan aku tidak akan pernah mungkin meninggalkanmu karena aku sangat menyukaimu dan aku merasa kau orang yang tepat.

Jadi, Larasati, datanglah kemari, melihat dan membuktikan apa yang ku katakan mengenai sungai Thames. Tinggalah disini bersamaku, selamanya disini mengisi hari-hariku. Mungkin aku akan pulang pada bulan Juli atau saat libur musim panas jika aku tidak ada penelitian, tapi yang pasti aku sangat merindukanmu. Dan jangan lupa untuk selalu menengok Oma sering-sering. Aku juga sangat menyayanginya.

Aku senang saat terakhir Ayahku membawa Oma ke Jakarta, jadi ia bisa tinggal dekat denganmu dan aku memiliki alasan untuk mengirimimu e-mail setiap hari.

Salam hangat.

Andrew.


***

Andrew membaca ulang e-mail yang hendak ia kirimkan kepada Laras yang sebetulnya tidak perlu rutin mengirimi gadis itu e-mail. Tapi Andrew memang mencari kesempatan bagaimana supaya Laras lekas menyadari ia menyukainya.

Oma Tracy sudah dijaga dengan baik oleh ayah dan ibu, tapi Laras sangat dekat dengan Oma Tracy, apalagi setelah Oma Tracy pindah ke Jakarta dan seperti biasa, Oma Tracy lebih ingin tinggal sendiri daripada bersama orang tua Andrew. Akhirnya, orangtua Andrew menyewakan rumah untuk Oma Tracy yang tidak jauh dari rumah mereka. Rumah kecil yang penuh dengan bunga warna warni.

Andrew merasa e-mail untuk Laras terlalu berlebihan. Laras akan takut dengan rasa rindunya. Tapi, ia tidak pernah mencoba.

Andrew membacanya, sekali lagi.

Sekali lagi.

Tidak. Tidak, pikirnya. Tidak sekarang.

Andrew kemudian memilih pilihan save as draft. 

Bukan sekarang Andrew membiarkan Laras mengetahui perasaannya. Tapi nanti, saat dia kembali. Beberapa bulan lagi. Sebagai lelaki sejati yang menyatakan cinta untuknya langsung. Bukan lewat e-mail.

Kemudian ia membuka lembar baru e-mail dan menulis ulang.

To        : Larasati@e-mail.com
From    : Andrew@e-mail.co.uk
Subject : Kabar Oma

Halo,

Laras, kau lupa, sudah dua hari kau tidak memberitahuku kabar kesehatan Oma. Besok-besok, jangan lupa memberitahuku setiap hari tentang kabar kesehatannya. Aku khawatir dan kuharap kau mengerti akan hal ini. 

Bagaimana terapi kesehatannya dengan Dr. Anto? Apakah beliau merasa cocok dengan Dr. Anto? Bagaimana dengan obat-obatannya?
Apakah Oma masih mengeluh masalah sakit pinggang?
Jangan lupa berikan aku jadwal check-up rutinnya. Aku tahu kau bukan susternya, tapi tentu kau bisa membantuku.

Sampaikan salamku pada Oma, dan jangan lupa untuk mengabariku setiap hati. Mungkin lain waktu kita bisa skype. Kita selisih enam jam.

Tabik,

Andrew

PS: Mungkin, bulan Juli aku pulang, itupun kalau tidak ada penelitian.


Ia pun menyesap kopinya yang sudah dingin. Menikmati suasana di London musim semi sangat lembut, angin juga semilir dan suhu tidak terlalu rendah. Matahari yang perlahan-lahan mulai turun dan berpendar warna oranye terefleksi di sungai Thames yang panjang dan sibuk. Beberapa gedung sudah menyalakan lampunya, siap menyambut malam. Pemandangan yang sangat ia harapkan untuk ia lihat bersama orang yang ia sayangi. Tapi sekarang ia sendirian diantara kesibukan di cafe di tepi selatan sungai Thames, Inggris.

Kemudian ia menekan pilihan send.




Jakarta, Mei 2014


No comments:

Post a Comment