19.12.17

I don't have to be with you

If I should fall in love with someone else
I want you to be happy, happy as you really are
If I should be with someone else
I want a whole of my soul loving him in return

I don't have to be with you



Do you ever think about me?
When she ain’t around, is your bed cold without me?
Does her love feel just the same?
Is she the one to take your last name?
Whatever the case, I’m glad you’re happy

There ain’t nothin' for me out here
Technicolor sparks fly in this city but not for me, maybe next year
Magic air, charmin' lips but I'm never spellbound
Honestly though, I'm glad you found her
I'll stop asking questions, you take care

And no, I don’t want you back 
We've grown older and apart,
Rediscovered myself, took back my heart
Moved to a new city where I should be restartin'
But I just feel nothin'
Though something could grow,
 I don’t ever let it take root

Possibility all round me but I don’t give a shit
Numb to the bone, been so long since the love bug bit
I’ll admit, maybe I quit

December's feelin chilly
Takin' shots at the club to warm up and distract me from feelin empty
Every now and then I would remember how you made me feel
Oh, desolation and thrill
Maybe I should try love again but I don’t, no

To hell with "other halves", that’s bullshit,
I'm already whole alone
That don't mean that I wanna be alone 

Tangled bodies to reset my heart but it just won’t
But I ain't bitter, babe 
I've moved on, I just hate that nothing blooms since you 

3.12.17

The Girl Who Lived Upstairs and How I Make A Dialogue With Her

Come to me into the biggest world of imagination
Travelling to my loudest bang inside of me
No lives to compare, I've been living there too

22.11.17

Honeymoon

A lot of guts I need to spit out from my mouth about my 10 days solo trip
but all I know, I only fall in love with my self. It's like honeymoon but all that alone.

Bali, 2017













Entropi

Kisah-kisah ini seharusnya tidak perlu ku ceritakan lagi
Waktu terlalu boros untuk ku habiskan sendiri
Di kota ini, aku meyakinkan kembali
Segenap hati telah mengetahui
Bahwa aku tidak pernah ada lagi di sana
Matamu sudah menyorotkan ketiadaan
Aku bukan lagi rumah yang kau pernah cari
Meski aku ternyata belum berubah
Kau hanya tidak akan pernah pulang lagi

Yogyakarta, November 2017







22.10.17

Twenty Four

I just recently turning 24.
My best friend, Albian told me "Nobody likes you when you're 23."
I couldn't be more agree with him.
"...so does 24." I said.

I'm still the same person, currently with more reckless features.
By the end of this month I'll leave my job and will start a career in other place
I'll start focusing being an economist and analyst
Yet, I'm still the same sad girl, living my single life and enjoying my own states.
I'm still the one who secretly fall in love with a guy I'll never have and say that I don't need him in the most of the time



20.9.17

About Things I Love

because you will always know, darling, that I;
fall in love with autumn, its breeze and colors mesmerised me
never thought for a second that standing between stack of books is heaven, but instead its an adventure
needs more than a cup of black coffee because bitterness reminds me that it doesnt kill
won't stay too long in a place, i walk against the time, i breath to challenge my self
dont want to feel anymore
stay in constant formation of the constellation
crying for no reason
try to find another way to tell you, that i love you no less than before, but i know my disposition, i know you want me no more
and i'd never meant to hurt anyone else, however, i do.

20.8.17

Penalti

Sudah selesai
Apa yang seharusnya
kita tidak pernah mulai

9.7.17

Perubahan

Tidak ada yang takut dengan perubahan
Tapi aku takut berpacu dengan waktu dan orang-orang yang lebih cepat daripada waktu
Kau tidak bisa diam saja di situ dan terhimpit di antara debu-debu koleksi buku Ibumu
Karena setiap kali kau tertinggal, kau memberikan dirimu kesempatan untuk berada di ketiadaan
Hingga waktu mengatakan ia tidak menginginkanmu lagi
Kau tidak tahu kemana harus berlari
Tidak ada yang takut dengan perubahan
Tapi kami takut kekejaman yang ia lakukan padamu

11.6.17

Warm

It's a warm feeling fill in my chest
when eventually I know that you're fine
you'll be fine, with someone else in your arms
you're at home that you should belong

While I'm still here, waiting for the next bus
Even rain drops over my head
I'll be home too, somewhere else

10.6.17

Kayu - Kayu dan Batu

Ini tentang ketakutan yang selalu dipertanyakan
Apa ada jiwa-jiwa yang pernah mati itu kembali pulang
Menceritakan secara detil apa saja yang pernah mereka punya
Biar kayu-kayu dan batu bersaksi, keduanya melapuk mengubur
Menempel padamu atau tumbuh di atasmu

31.5.17

Tentang Laut Dan Terpaan Angin

Laut selalu berbisik mesra di telingaku, sesuatu yang tidak pernah terucap dalam linguistik tersederhana. Tapi hanya aku yang memahaminya, bahasa kasih yang santun dan penuh irama.
Aku membiarkan biru menyelamiku, seperti aku berusaha menyelaminya serta membiarkan jingga memelukku dengan lembut.
Dan aku selalu merindu.

Saat malam tiba, bintang menggantung di atas dan laut lebih liar. Aku berada di masa dimana badai penuh kenangan menerpaku dengan hebat dan titian air mata menepak. Ini siksaan terberatku. Namun laut yang selalu bernada serupa seakan menempa apa yang pernah terjadi.
Menghapus sesuatu yang pernah ada, menyimpannya ke dasar hitam yang tidak pernah ku sentuh lagi.

Tiupkan aku menuju sesuatu yang tidak menyentuh tepian, memenuhi setiap darahku, buatku menghidupkan keajaibanku.

Jepara, Mei 2017






11.5.17

Tentang Aurora Yang Tidak Tertidur

Aku memandang wajah kelam Aurora. Dengan melihatnya, aku memahami apa maksud Peter Zilahy yang menceritakan tentang orang-orang di Belgrade. Tentang bagaimana waktu tak perlu diketahui dengan media apapun melainkan raut wajah.
Siapapun bisa melihat jauh ke dalam tatapannya yang kosong, bahwa ia tidak pernah tertidur selama seratus tahun. Kantung matanya lebih hitam dari langit malam, kulitnya lebih biru dari kedalaman samudera. Rambutnya kusut dan kacau, begitu juga pikirannya semerawut.

Berusaha menguntai kekusutan di rambutnya, bertahun-tahun aku berusaha menyelaminya. Tidak pernah ada benang berwarna merah di rambutnya yang hitam legam. Tidak juga ada benda-benda kotor dan aneh yang bisa membuatnya rusak. Hanya sangat kusut.

Aurora tidak pernah tertidur tapi bukan menunggu. Ia hanya tidak bisa atau tidak tahu bagaimana caranya memejamkan matanya. Ia tidak dapat membiarkan malam menguasai dirinya atau cahaya bulan menembus ranting-ranting oak. Singkatnya, ia hanya dipenuhi dengan kegelisahan.

Aurora kadang membenamkan diri di atas kasurnya yang usang. Di siang hari, tak jarang ia menembus pepohonan di hutan pinus atau sekedar bicara pada laba-laba yang tengah sibuk memintal benang-benang kematiannya.

Siang itu di bulan November, ia tengah berbicara pada angin yang berbisik sementara matahari enggan nampak.

"Siapa yang pernah tahu bagaimana caranya menahan rintihan?" Ia bertanya dalam bahasa-bahasa yang sebenarnya tak pernah ku mengerti tapi aku mengetahuinya dari ranting-ranting yang mati di musim gugur. Ia berbicara kepada pepohonan.

"Aku merintih hampir setiap kali, tapi tidak pernah didengar." sungut pohon Oak setengah baya melalui angin yang meniup kening Aurora. Wajahnya semakin jelas dan pucat, dingin menelusup ke baju dinginnya yang tebal, terbuat dari bulu beruang.

Aurora diam-diam mengamini pohon oak tersebut akan tetapi tidak menginginkan siapapun tahu apa yang ia rasakan. Semuanya melelahkan bagi Aurora.

Aku semakin memperhatikannya seiring juga benang-benang yang dipintal laba-laba. Ku katakan padamu sekali lagi, benang tersebut adalah benang kematian. Sekali Aurora terjerat, ia akan tidur selama-lamanya. Sebab seperti sediakala, cerita yang kau pernah dengar, bahwa Aurora harus pergi tidur sampai cinta sejati menemukannya.

Di dalam kondisi sangat terbangunnya, ia sangat pulas tertidur. Dalam kesiagaannya, ia bermimpi. Juga di dalam kewaspadaannya, ia sangat lengah dan kegelisahan itu membuat setiap paradoks terasa berkelit.

Benang-benang yang dipintal laba-laba semakin lama kian banyak, tebal dan besar. Suatu hari benang-benang itu akan digunakan Aurora untuk membungkus tubuhnya yang semakin biru. Ia tidak akan merintih lagi dalam kegelisahan dan penantiannya. Seperti yang kau tau, ia akan bangun dari elegi. Ia akan bangun karena cinta. Mungkin cinta memang tidak pernah ada di dunia ini. Atau bisa saja, cinta sejatinya adalah kematian itu sendiri.

Entah sampai kapan, namun ada masanya, sampai benang-benang itu memeluknya. Kukira laba-laba itu hampir selesai memintal.

15.4.17

Jika Kau Mengingatku

Jika kau mengingat aku dan tiba-tiba saja terlintas untuk berhenti sejenak di halaman ini
Tutuplah segera halaman ini
Karena seluruh tubuhku telah menolak bahkan kehadiran semu dirimu sekalipun

Kau sudah tidak ada di sini, tidak ada ruang sama sekali untukmu
Meskipun aku sangat kosong sekarang ini
Setidaknya, kekosonganku sekarang membuatku mengerti
Bahwa seharusnya memang bukan kau yang pernah di sini
Pergilah, lupakan bahasa kita yang sama
Aku tidak membencimu, aku hanya tidak ingin kita ada di garis waktu yang sama lagi
Tepatnya, aku tidak ingin mengenalmu

7.4.17

Satu Hari Di Bulan April

Ingat aku pernah menjadi sebeku mawar dalam hiasan resin dan aku berjanji padamu untuk menulis di suatu hari di bulan April. Aku telah memutuskan sesuatu yang sangat besar dan melepaskan segala hal yang kiranya akan membelengguku. Pada akhirnya, baik yang melukaiku atau yang kulukai, semuanya ku biarkan pergi. Aku tidak menginginkan apapun lagi.

Aku ingin semuanya menjauh lalu menemukan apa yang seharusnya aku dapatkan. Menemukan standart baru untuk diperlakukan oleh orang lain, menemukan tanpa mencari. Semuanya seperti melepaskan ikatan yang luar bisa kencang. Perih dan kebas pada awalnya, tapi semua akan berakhir melegakan dan baik-baik saja.

Tidak ada sesuatu yang baru, hanya semua berjalan seperti seharusnya. Aku belum siap memulai hubungan lagi. Semua berakhir dengan keinginanku untuk menyudahi segala bentuk patah hatiku.
Selamat datang, April!

1.3.17

Epilog

Tidak ada lagi yang harus disangsikan. Semuanya sudah begitu jelas, bahwa begitu banyak orang yang hanya sementara ada di hidupnya.

Beberapa orang akan pergi setelah memberikan beberapa memori untuk dikenang. Sementara ia akan selalu berusaha memberikan keajaiban bagi orang-orang sekitarnya.

Kemarin, ia memutuskan untuk meredup sementara, mempelajari bagaimana hati tersisik. Setelah termenung dalam gelap.

Tapi hari ini, ia tidak ingin menoleh kebelakang.

Laras sudah memutuskan untuk menghidupkan kembali keajaibannya.

25.2.17

Aku Tidak Tahu

"Tell me how- tell me, how do you want to be loved by your significant other?" 

Aku termenung. Aku tidak tahu aku ingin dicintai dengan cara yang seperti apa oleh pasanganku. Mungkin, aku membutuhkan seseorang yang dapat berkomunikasi dengan baik setiap hati. Tapi, hal itu juga dilakukan oleh bos, teman-temanku, dan banyak orang-orang lain yang ada di sekitarku.

Pasanganku tidak perlu pusing membelikanku cokelat, bunga, atau apapun yang manis, sebab aku akan membuka toko bunga sendiri kemudian aku bisa belanja bulanan bersamanya untuk membeli sesuatu yang manis. Makan malam mewah dan romantis? Aku akan membantunya mengatur keuangan dan merencanakan setiap perjalanan kita, jadi kukira aku tak membutuhkannya.

Aku lebih butuh seseorang yang siap sedia duduk di sebelahku dan membawa sekotak tissue, karena aku sangat cengeng. Aku ingin juga seseorang yang dapat bercerita secara jujur tentang apapun, karena aku suka mendengarkan dan tentunya di dengarkan. Aku ingin kami punya waktu dimana kami duduk bersebelahan, tapi tidak bicara apapun melainkan sibuk dengan dunia kami masing-masing.

Aku tidak tahu bagaimana aku ingin dicintai, tapi aku ingin seseorang yang mau mendengar dan didengarkan. Aku ingin sampai ku tua nanti aku tidak kehabisan cerita tentang apapun. Aku ingin berbagi kepadanya segala hal yang aku sukai, dan ku harap ia juga berbagi tentang hal yang ia sukai padaku. Jujur, aku tidak ingin seseorang yang memiliki dunia yang sama denganku. Aku ingin dalam rumahku kelak ada begitu banyak warna dan cerita. Aku ingin seseorang yang dapat memberikanku berbagai pandangan dan berbagi berbagai masa. Aku ingin sedih dan senang bersama, aku ingin kecewa dan puas juga bersama. Aku ingin kesamaan, aku ingin dihargai,

Karena sekali aku mencintai seseorang. aku juga mencintai keinginan dan egonya, kelemahan dan kekurangannya, cara tetawanya dan kemurungannya. Aku ingin mencintai seseorang dengan setulus hati.

Tapi jujur, aku tidak tahu bagaimana aku ingin dicintai.

24.2.17

I Love You

I'd never choose to forget
I choose to forgive
Because giving is better than getting

No one will be comprehend
The pain that tortued
Neither I am

Scars are fine
At the end of the day
When the wound is dry
It will be a beautiful story

21.2.17

Tentang Memoar

"Apa yang membuatmu menilai seseorang itu cukup kaya, Laras?" tanya Siska sambil menyesap tehnya.

"Memori mereka." jawab Laras.

"Bagaimana kau bisa mengatakan demikian?"

"Memori adalah sebuah kekayaan dari individu, Siska. Memori menunjukan berapa jauh jalan yang seseorang pernah tempuh, berapa banyak orang yang pernah mereka temui, atau berapa banyak musik yang mereka dengar, buku yang di baca, film yang ditonton. Memori menyimpan semuanya, setiap detik selalu bertambah. Tapi, kalau seseorang menambahkannya dengan sesuatu yang banal, itu tidak memperkayanya. Sebab ia sudah memilikinya."

"Lalu bagaimana dengan orang-orang yang mencoba melupakan?" tanya Siska.

"Mereka orang-orang yang memilih untuk tidak pernah bertumbuh, Siska."

19.2.17

Summer in February

It only took one fine Friday evening
A sad traffic
Small talks about Great Depression to Apollo 11
Intertwined heart and love-hurt experiences
A tiny blue speck
Two beers
Cold upper my skin

You're imperfect, 
and you're wired for struggle, 
but you are worthy of love and belonging

Shuffled songs
Slow dance
Embraced me, you
Kisses on forehead

"Are you happy today?"
I answered nothing, but I smiled,
one big smile from ear to ear
"You smiled. Means that you're happy."
You landed another sweet kiss on my hair

A ride to home
Tight hug inside your grey coat
Talking about paradoxes and night owls
You said you were jubilant

Arrested.

You know, I'm not in love with you
But a void inside filled
As an oxygen filled my lungs
Don't set me free

12.2.17

My Girl She's Like A Song



I will never ever fall in love
If I never ever heard her on the radio

3.2.17

Nana

Maria Fumaca não canta mais 
Para moças flores Janelas e quintais 
Na praça vazia um grito um oi 
Casas esquecidas viúvas nos portais
- Milton Nascimento

1.2.17

Tetap wujudkan mimpimu, Larasati
Jangan menyerah


 

The Corrections by Jonathan Franzen p. 279

And when the event, the big change in your life, is simply an insight - isn't that a strange thing?
That absolutely nothing change except that you see things differently and you're less fearful and less anxious and generally stronger as a result: isn't it amazing that a completely invisible thing in your head can feel realer than anything you've experienced before? 
You see things more clearly and you know that you're seeing them more clearly. 
And it's come to you that this is what it means to love life, this is all anybody talks seriously about God is ever talking about. 
Moments like this.

25.1.17

Tentang Karma Buruk

Karma buruk tidak seharusnya terjadi pada siapapun.
Aku sangat tidak menyukai sumpah serapah yang mendahulukan semesta seperti;
"Biarkan saja karma buruk kelak datang padanya!"
Aku tidak pernah marah bila ada orang yang menyumpahiku demikian, tapi aku tidak menyukai orang lain mengucapkan itu untuk orang yang ia tidak sukai. Menurutku, itu tindakan membenci yang tidak masuk akal.

Setiap kali aku menangis karena terluka oleh orang lain, orang-orang di sekitarku hampir semua mengatakan, "Tenang saja, suatu hari karma akan menimpanya."
"Tidak, aku tidak ingin hal buruk dan kepahitan seperti ini terjadi padanya," jawabku.

Aku tidak pernah setuju dengan hal itu karena aku selalu percaya, orang-orang yang datang dan berinteraksi denganku sudah atau akan mengalami berbagai hal dalam hidupnya.
Mungkin, kalau mereka mengalami kepahitan sepertiku, mereka tidak akan mampu melaluinya.
Atau mungkin, mereka telah mengalami kepahitan yang tidak pernah dan tidak akan pernah mampu aku alami.

Yang aku pelajari sekarang adalah bagaimana menghadapi setiap kesedihan karena orang-orang lain yang memberikanku pengalaman tidak mengenakan. Bagaimana caranya bekerja sama dengan diriku sendiri untuk tidak mengharapkan orang lain bersikap manis padaku.

Aku tahu, tidak mudah menjadi gadis tidak cantik, banyak sekali perlakuan tidak adil dan semena-mena terjadi pada gadis-gadis yang kurang menarik, tapi hal-lah buruk juga terjadi pada orang-orang yang berwajah menyenangkan. Seperti hujan yang turun bagi orang yang baik maupun jahat atau matahari yang bersinar untuk orang adil dan mereka yang curang.

Aku tahu, pemikiranku ini utopis, tapi aku tidak mau hal-hal buruk seperti apapun terjadi pada orang yang berarti untukku.

17.1.17

how could this love ever turning 
never turn its eye on me
how could this love ever changing 
never change the way I feel
Beck - Lonesome Tears (2002)

15.1.17

Sebeku Mawar Dalam Hiasan Resin

Kenapa kita tidak bisa memilih orang yang kita cintai?
Aku sudah memaksakannya, mencari segala macam hal-hal yang bisa kusukai darinya. Aku melihat hal-hal fundamental dari dirinya untuk ku sukai.
Pria ini secara fisik sangat menarik, cukup tinggi untuk mengimbangiku menggunakan sepatu bertumit tinggi, senyumnya sangat manis, kulitnya sedikit terbakar karena suka berolahraga, tubuhnya cukup atletis. Ia sangat ramah, berwawasan luas dan sangat sopan. Stabil dari segi finansial, pekerjaan yang baik, sudah mengantongi beberapa gelar pendidikan, menjadikan ia seseorang yang seharusnya ku sukai semudah membalikkan telapak tangan.

"Seandainya aku bisa, sedikit saja membalas perasaanmu," kataku pelan. Sangat pelan karena aku takut sekali melukainya. Pria ini seharusnya mendapatkan seorang gadis yang satu juta kali lebih daripadaku, ia sangat berhak mendapatkannya.

Ia hanya tersenyum kecil dengan tatapan nanar. Kulihat ia menyerah.

"Aku tidak bisa memaksa kan?" tanyanya yang hanya memberikan pernyataan.

"Aku sudah berusaha dan aku belum berhasil. Aku tidak mau menyakitimu meskipun aku sudah melakukannya tanpa sengaja," jawabku hampir menangis.

"Ayo, ku antar kau pulang. Biarkan aku mengerti perasaanmu. Kau sudah merelakan orang yang sangat penting buatmu, biar aku menahan sedikit keinginanku untuk bersamamu." katanya dengan lembut. Kemudian ia merangkul bahuku.

Dua hari kemudian, Pak Pos datang ke kediamanku menyampaikan sepucuk surat dan sekotak kecil hadiah berwarna biru yang ditujukan untukku. Seusai aku mengucapkan terimakasih, aku berlari ke kamarku.

Aku membuka surat tersebut dengan hati hati, tulisan yang rapi dan klasik.

Untukmu,

Biarkan saja aku mencintaimu. Aku tidak meminta apapun lagi darimu. Aku tidak memintamu untuk mencintaiku juga, sebab aku tahu, itu hal yang sangat berbeda. Ku mohon, jangan pula kau merasa kasihan padaku, apalagi hingga kau sedih seperti waktu kemarin. Jangan kasihan padaku, sebab mencintai orang sepertimu bukan suatu hukuman dan aku sama sekali tidak menderita. Sebaliknya, aku justru semakin bertumbuh. 

Setiap kali aku mencintai seseorang, aku terus belajar. Aku menyukai caramu yang tertawa dengan bebas dan aku mengerti bahwa aku tidak akan menjadi alasan mengapa kau tertawa. Aku menyukai caramu berekspresi, melalui gambar atau melalui lagu-lagumu yang terus ku putar di spotify meskipun aku tahu, aku bukan yang kau pikirkan saat kau menuangkan semuanya. Aku mencintai setiap sentimeter sanubarimu dan menyadari bahwa aku tidak pernah menjadi bagian dari hal itu. "Aku mencintaimu" dan aku belajar untuk menyadari kalau kau tidak pernah mengatakan hal itu untukku.

Karena kau sendiri yang mengajariku, ketikaku mencintai seseorang aku harus bersungguh-sungguh tanpa mengharapkan kembali. Cinta satu arah, semua tentang memberi. Itu katamu dan kukira itu benar. Ketika aku mencintai seseorang, hati akan selalu memberi tanpa pamrih, dan sepongah apapun idealismeku, aku akan menyerah tanpa perlawanan. Sehingga, satu pintaku untukmu. Biarkan aku mencintaimu meskipun kau sebeku mawar dalam hiasan resin.

Air mataku meleleh dan aku menangis lagi tanpa suara. Ini kali kedua atau ketiga aku merasakan sepahit ini tidak bisa membalas cinta untuk orang lain. Kemudian aku membuka kotak berwarna biru. Di dalamnya ada hiasan resin yang di dalamnya terhadap awetan mawar kecil. Entah ia menemukannya dimana.

"Tuhan, biarkan aku bisa mencintai orang yang sungguh-sungguh mencintaiku." aku berdoa dan segera menghapus air mataku.

Tak lama aku menekan layar ponselku, menghubunginya.

"Hei." sapaku berusaha tidak tengah tersedu.

"Hei. Ada apa?" suaranya sangat ramah saat menjawab telepon dariku.

"Aku sudah menerima kiriman darimu. Terimakasih kau sudah mau repot-repot." kataku berusaha menyusun kata-kata.

"Lalu?" tanyanya.

"Berikan aku waktu untuk membereskan diriku sendiri. Mungkin kita bisa bertemu tiga bulan lagi di tanggal yang sama dengan hari ini?" tanyaku.

"Apapun bisa terjadi dalam tiga bulan kan, Laras?" tanyanya dengan lembut.

"Apapun bisa terjadi. Kau bisa menjinakkan perasaanmu atau mungkin aku yang jatuh cinta padamu." jawabku tenang.

"Tapi bagaimana kalau keadaannya berbalik? Kau nanti patah hati lagi." Ia terdengar sangat khawatir.

"Tak apa. Kalau keadaannya berbalik, aku belajar dan bertumbuh juga karenamu." kataku.

"Ini alasan mengapa aku selalu menyukaimu." katanya.

"Apa kau tengah sibuk?" tanyaku, aku khawatir sedang mengganggunya.

"Ya, sebenarnya aku sedang di tengah-tengah sesuatu. Tapi, baiklah, bulan April ya?" ia memastikan.

"Tentu. Satu hari di bulan April. Sudah dulu ya, sampai jumpa!" pamitku.

"Iya, sampai jumpa." katanya. Kemudian sambungan teleponku putuskan.

Aku akan merapikan semua kekacauan yang ku buat.
Ingatkan aku, satu hari di bulan April, aku akan menulis lagi tentang ini.