22.12.12

Pohon Maple

Ini adalah cerita yang saya karang-karang sendiri. Mungkin, saya bisa di kategorikan sebagai separuh penggila sastra yang keranjingan menulis oleh karena itu saya akan membagi buah pikir saya.

Bertahun-tahun silam sebelum apapun ada di muka bumi ini, hiduplah dua orang anak manusia. Kita bisa menyebut si lelaki adalah Adam dan perempuan adalah Eva. Mereka berdua hidup saling mencintai karena Tuhan selalu menyertai mereka berdua dalam keadaan apapun.

Mereka hidup bahagia dan berkelimpahan makanan dan cinta diantara segala macam tumbuhan dan hewan hewan yang ada di bumi ini. Tuhan sangat mencintai mereka sebagai dua orang yang melengkapi, dua hati menjadi satu. Bahkan, bagi Tuhan, mereka adalah satu dan tak terceraikan.

Lama kelamaan, kehidupan mereka yang datar-datar saja membuat Tuhan merasa bosan karenanya, lagipula Tuhan ingin menguji kesetiaan mereka. 

Akhirnya Tuhan menciptakan Chimera. Chimera ini bukanlah monster, melainkan seorang laki-laki seperti Adam yang di tugaskan untuk menguji kesetiaan Eva pada masa itu.

Chimera ini bernama Helyel. Ia hampir sama seperti Adam, namun disatu sisi Tuhan membuatnya lebih menarik dan mempesona daripada Adam.

Helyel pun turun ketempat tinggal Adam dan Eva dan segera mungkin menghampiri Eva yang sedang bermain dengan ikan-ikan di sungai dan burung-burung di udara.

"Eva," Panggil Helyel perlahan dan tertahan. Eva segera mengarahkan pandangannya kepada lelaki itu.

"Apakah kau Adam? Mengapa engkau berbeda?" Tanya Eva. Eva memang tidak terlalu pandai, namun ia selalu memperhatikan segala sesuatu secara mendetail dan selalu menggunakan perasaannya untuk menyelesaikan masalah.

"Bukan, Eva. Aku ini Helyel, ciptaan Allah sama seperti kau dan Adam." Jawab Helyel.

"Mengapa kau baru berada disini? Apa tujuanmu?"

"Aku datang untuk menjagamu, Eva,"

"Menjaga? Apakah ada ancaman diluar sana?"

"Selalu ada ancaman untuk gadis secantikmu. Pesonamu luar biasa dan kau sangat cantik. Kau adalah pemilik keagungan sejati dan kehidupan abadi." Jawab Helyel berbohong. Misinya hampir berhasil.

Eva tersipu karenanya.

"Eva, boleh ku tanya sesuatu?" Tanya Helyel yang kemudian duduk di sebelah Eva.

Eva hanya menganggukan kepalanya perlahan, rambutnya jatuh menutupi separuh pipinya yang tersipu memerah.

"Apakah kau mencintai Adam?" Tanya Helyel yang entah mengapa mendadak jantungnya berdegup kencang  saat melihat Eva tersipu.

Eva mengangkat wajahnya, ia heran dan tidak tahu harus menjawab apa. Baru sekali ini ia mendapat pertanyaan yang sama sekali tidak terbesit dalam pikirannya.

Ia menatap wajah Helyel yang tampan dan matanya yang berbinar. Selama ini ia tidak pernah melihat manusia selain Adam dan dirinya sendiri. Jujur saja, Helyel terlihat sangat menarik dan sangat berbeda.

"Aku ragu, Helyel. Selama ini manusia yang diberikan Tuhan hanya Adam, tiada pilihan untukku dan hatiku." Jawab Eva.

Tiba-tiba Helyel mengangkat wajah Eva dan mendekatkan bibirnya pada bibir Eva. Satu kecupan singkat dari Helyel membuat Eva terpatung disitu tidak bergerak.

"Aku pilihanmu." Ujar Helyel.

"Tapi... tapi berarti aku telah mengkhianati Adam?" Tanya Eva yang shock.

"Pilihlah antara aku atau Adam. Pergilah ke utara pagi-pagi setelah dua kali matahari terbit, aku menunggu di bawah pohon maple yang paling lebat. Itu hanya jika kau memilihku." Pesan Helyel dan kemudian pergi meninggalkan Eva begitu saja.

Tanpa disadari, dari jauh Adam melihat apa yang mereka lakukan.

Sedangkan Helyel berdoa dalam hatinya supaya Eva memilihnya, dengan tulus.

***

Malam itu, bulan bersinar separuh di atas Eden. Adam menatap Eva yang terlelap di sampingnya. Mereka tertidur diantara pepohonan dibawah bintang-bintang.

Adam merasakan rasa sakit jauh di dalam dadanya, apalagi saat mengingat kejadian tadi siang, saat ia melihat Eva mencium orang lain. Apa mungkin ini adalah takdirnya? Apa mungkin aku tidak ditakdirkan bersama Eva selama ini? Segala hal berkecambuk dalam pikirannya.

Adam mengecup dahi Eva dengan lembut. Ia tidak bisa tidur sama sekali. Kemudian Adam bangkit dan pergi dari situ. Dalam lubuk hatinya ia tahu, jika Eva memilih dirinya, maka Eva akan mencarinya. Namun disatu sisi, ia hanya ingin Eva memilih orang yang ia cintai. Ia hanya ingin Eva bahagia.

"Aku membenci mu, Eva." Kata Adam yang kemudian berlari sekuat tenaga menembus hutan rimba ke Utara. Selamat  tinggal, Eva. Katanya dalam hati.

Eva membuka matanya. Ia masih terjaga.

***

Helyel tinggal di pohon maple di utara yang lebat. Ia tidur di dahan yang paling kokoh. Namun malam ini ia lupa caranya tertidur. Ia mengingat betapa cantiknya Eva, betapa ia tidak bisa melupakan ciumannya, dan betapa ia berharap Eva bersamanya dan pergi jauh dari Eden serta melupakan Adam.

Tapi, ini semua hanya misi singkat dari Tuhan. Setelah Tuhan selesai menguji kesetiaan Eva ia akan pergi dan menjadi debu dan akan mengecewakan Eva yang mungkin saja mencintainya juga.
Helyel sungguh jatuh cinta pada pandangannya yang pertama.

"Tuhan, aku minta maaf kalau aku mencintai Eva dan aku ingin Eva bahagia bersama orang yang mencintainya." Katanya sambil mengadah keatas langit yang dipenuhi banyak bintang serta bulan separuh menggantung di atas sana.

***

Keesokan paginya, ketika Eva bangun, ia sudah tidak menemukan Adam disisinya. Padahal matahari belum terlihat di ufuk timur. Ia ingat kejadian semalam, ketika ia mendengar suara penuh kebencian dari Adam. Adam membencinya setengah mati, dan pantas saja kalau ia sekarang pergi jauh.

Eva benar-benar bingung, ia tidak tahu harus apa dan bagaimana. Perlahan air matanya mengalir. Bagaimana kalau hatinya berpihak pada Adam sedangkan Adam begitu membencinya? Bagaimana kalau ia hanya tertarik pada Helyel, bukan mencintainya?

"Eva, langkahkan kakimu, carilah Adam kemanapun. Ia tidak akan jauh darimu jika kau mencintainya." Kata Allah yang berbicara melalui hati nurani Eva.

"Tapi... Tapi ia membenciku!" Kata Eva dengan gamang dan defensif.

"Cari dia, dan biarkan dia tahu betapa kau mencintainya."

Eva-pun menguatkan batinnya dan dia berlari sekuat tenaga, mencari Adam di seluruh penjuru Eden.

***

Sudah sampai matahari berada di Barat Eden, Eva tidak kunjung menemukan Adam. Kemudian ia beristirahat di bawah pohon yang rimbun. Matanya terpejam dan membawanya ke alam mimpi.

Sampai kemudian ia terbangun sebelum matahari terbit. Bintang masih bersinar, dan bulan tampak bersiap-siap bertukar peran dengan matahari. Eva kemudian pergi ke sungai tak jauh dari situ dan membasuh wajahnya.

"Apakah mungkin Adam telah pergi jauh meninggalkan aku?!" Tanyanya sendiri.

"Apa mungkin Helyel sungguh takdirku?!"

Eva tidak tahu. Ia terus bimbang tanpa memedulikan perkataan Allah kemarin. Ia hanya menegakkan bahunya dan membiarkan kakinya melangkah sendiri. Kakinya membawanya melangkah, ke Utara.

***

Helyel menanti dengan sabar di dahan pohon maple. Walaupun sebenarnya ia sama saja menanti harapan kosong, karena menurutnya, Eva akan memilih Adam atau jika Eva memilihnya, ia pun akan segera mati dan menjadi debu.

Jadi, ia hampir saja segera pergi dari dekat pohon mapel karena ia tidak memiliki harapan apapun. Namun dari jauh ia melihat bayangan seorang wanita.

Wanita itu adalah Eva. Tanpa sadar Eva berjalan terus kearah utara. Helyel segera turun dari pohon dan menghampiri Eva.

"Eva, kau datang? Kau datang terlalu pagi rupanya." Tanya Helyel saat menyambut Eva.

Eva tidak menjawab namun hanya menatapnya dengan tatapan kuyu dan kelelahan.

"Apa kau sakit Eva?" Tanya Helyel.

Eva tidak menjawab, matanya kosong dan tiba-tiba Eva jatuh tersandar di depan pohon mapel. Helyel tidak tahu harus apa, namun ia mengambil daun yang menampung banyak embun dan memberikannya pada Eva serta memetik buah-buah kecil pohon mapel untuk Eva makan.

Eva meminum dan makan sedikit buah dari pohon mapel. Tak lama Eva justru memuntahkan kembali seluruh isi perutnya. Helyel memeluk Eva, supaya ia tidak kedinginan dan memberikan selimut bulu beruangnya.

"Kau kenapa Eva?" Tanya Helyel sedih, melihat seseorang yang ia cintai menderita.

Tiba-tiba tubuh Eva melemas dan matanya terpejam, tidak sadarkan diri.

"Eva, kau harus bangun!" Kata Helyel dengan sedih. Matahari mulai muncul di ufuk timur.

"Kau apakan Eva? Apakah kau racuni dia?" Tanya Adam yang tiba-tiba datang dengan geram.

"Aku tidak tahu, ia hanya datang padaku dalam keadaan lemas dan sekarang seperti ini!" Jelas Helyel yang memeluk Eva dengan erat.

"Ini semua salahmu!" Tuduh Adam dengan sorot mata membunuh.

"Bukan, ini salah mu tidak menjaganya dengan baik. Dan sekarang dia milikku." Kata Helyel defensif.

Sorot mata Adam yang kaku tertuju pada Eva mendadak melumer. Ia tahu Eva kelelahan mencarinya, dan sekarang ia menemukannya dalam pelukan orang lain dan ini adil. Ia harus suportif.
Adam berdiam gamang menatap Eva dalam pelukan Helyel. Lama sekali.

"Apa yang kau tunggu?" Tanya Helyel sinis.

"Jaga dia, Helyel. Jangan biarkan dia kecewa lagi oleh kaum kita. Jangan pernah. Aku begitu mencintainya." Pesan Adam dan kemudian ia pergi dengan langkah gontai.

Helyel termenung. Ia tidak bisa menjaga Eva. Ia bukan Adam, dan ia hanya akan mengecewakan kedua anak manusia itu.
Maka dengan segenap hati, Helyel berdoa.

"Tuhan, buatlah Eva tersadar segera. Maafkan aku yang tidak bisa melakukan tugas ini dengan baik, tapi Tuhan, biarkanlah Eva bahagia, dan biarkan aku mati menjadi debu. Jangan biarkan Eva mengingat-ku, hapuslah memori tentang aku dalam pikirannya. Biarkan Eva bahagia, Tuhan." Air mata Helyel menetes membasahi kepala Eva dan kemudian mengecup kepala Eva perlahan.

Kemudian ia bangkit berdiri, membiarkan Eva terbaring disitu.

Helyel berlari, ia mengejar Adam yang ia tahu belum terlalu jauh. Ia berlari secepat kilat dan menemukan Adam, saat itu juga, sedikit demi sedikit ia menjadi debu. Namun ia tetap berlari.

Mulai dari rambutnya, separuh tubuhnya sudah mulai hilang.

"Adaaaam!" Sekuat tenaga ia menyebut nama Adam.

Adam mencari arah suara itu. Tubuh Helyel perlahan menghilang.

"Kau..." Adam terlihat bingung dengan Helyel yang sudah separuh menjadi pasir.

"Kembalilah pada Eva...Jaga dia... Eva membutuhkanmu!" Pesan Helyel sekuat tenaganya.

"Kau... Kenapa?" Adam bingung.

"PERGI!" Teriak Helyel dengan nafas terakhirnya.

Adam segera berlari menuju dimana Eva berada.

Disitu Helyel menghabiskan masa terakhirnya sampai akhirnya ia menjadi debu dan terbang tertiup angin. Ia pergi jauh.

***

Adam melihat Eva tidak berdaya di bawah selimut kulit beruang. Adam segera memeluknya dan memberikan   Eva perlindungan. Sampai Eva akhirnya terbangun juga dan memeluknya dengan erat.

Adam berjanji untuk terus ada untuknya.



Suatu hari, Adam bertanya pada Eva di suatu musim panas yang cerah di pinggir sungai nil.

"Menurutmu kemana perginya Helyel?" Tanya Adam.

"Siapa itu Helyel?" Tanya Eva.

"Kau tidak ingat?" Tanya Adam bingung.

Eva hanya menggeleng.

"Kalau begitu bagaimana dengan ini?" Tanya Adam sambil memetik buah dari pohon mapel di tepi sungai.

"Buah pohon mapel," Jawab Eva lalu mengambil satu buah sebesar kerikil itu dari tangan Adam.

"Sama sekali tidak?"

"Sama sekali tidak."

Jakarta
December 22, 2012