Teruntuk kau yang sedang menikmati semilir angin bulan Mei dan bersin karena bunga dafodil,
Surat ini sengaja kutulis dan kemudian tidak akan pernah kusampaikan karena aku tahu ketika kau menjejakan kakimu kembali di tanah ini, kau mungkin telah melupakan aku tanpa mengingat kembali apa yang telah membuatmu pergi.
Sehingga ku rasa, jikalau kau sungguh tidak mengingatku, kau hanya menganggap ini surat bodoh atau mungkin surat yang memang tidak tertuju untukmu.
Hanya saja, ketika ku menelisik kembali, hal tersebut tidak akan membuatku berangsur-angsur membencimu, meskipun karena sifatmu, karena keangkuhanmu.
Jika aku bicara tentang kejujuran sekarang ini, dalam surat ini yang kutulis dengan pena-pena fana, mungkin kau akan kecewa. Selama ini aku hanya bertingkah seakan aku masa bodoh, tidak peduli, dan bergeming seiring dengan kepergianmu, dengan sengaja seperti seakan aku tulus melihatmu pergi dariku.
Satu malam, atau lebih tepatnya beberapa jam saja sudah cukup untukku membuat valuasi mengenaimu. Kemudian ketika kau pergi tanpa sepatah katapun padahal aku telah memohon agar kau mengucapkan selamat tinggal, itupun juga sudah cukup untukku.
Supaya aku yang bodoh ini secara jelas melihat bahwa aku sama sekali tidak berarti untukmu apalagi hingga kau mencintaiku.
Memang pahit hingga kadang aku seluruh pembuluh darahku didera derita.
Semenjak kau terbang, pergi, menjauh, banyak hal yang ku mulai pahami disini, terutama untuk tidak mengeluhkan mengenai betapa perihnya ada atau tidaknya kau disini lagi.
Kadang bahkan aku tertawa ditengah intelejensi yang dangkal ini yang membuatku telah bertindak konyol, kaku, lidah yang kelu, dan ketidakmampuan untukku berbicara seperti manusia sewajarnya saat kita saling bertukar diksi.
Dan, jangan kaget jika aku masih mengingat segala hal tentang kita dalam inti-inti yang mendetail meskipun kemudian membuat seluruh tulang-tulangku lemas dan mendingin segera setelah menyadari kalau aku dan kau tidak akan pernah bersama lagi, bahkan tidak untuk beberapa jam saja.
Kadang akupun berpikir bahwa aku ingin menjadi hantu saja, untuk sekedar menakut-nakutimu atau berada selalu di sekitarmu, untuk tahu bagaimana keadaanmu dan mempelajari seluruh isi hatimu serta pikiranmu yang rumit itu.
Walaupun, kembali: semuanya akan sia-sia dan tidak ada artinya. Karena bahkan jika aku hadir di hadapanmu sekarang ini, terkunci di ruangan hanya berdua denganmu sekalipun, yang kau hanya pikirkan hanya dirimu dan tidak menyadari kehadiranmu.
Tapi pada akhirnya pun, aku tidak akan selamanya membiarkan diriku sendiri menjadi seorang imbesil, dan sudah jelas setelah ini kita akan berada di dua kehidupan yang sangat berbeda, atau mungkin kita sudah, atau mungkin memang kita tidak pernah ada dalam kehidupan yang sama.
Pada akhirnya, aku sendirian dalam proses membenahi diri, memberanikan diri, menjadikan diri sebagai seorang perempuan kecil yang tangguh dan gigih meskipun pada akhirnya kenangan pada awal bulan Mei akan sering-sering menghantuiku seperti bagaimana kau terjangkit alergi bunga dafodil pada musim semi.
Paling tidak, aku mengetahui hal paling terpenting saat ini; aku mengkhawatirkan kesehatanmu, mempedulikanmu dari orang-orang yang bisa saja menyakitimu atau merugikanmu, aku mencintaimu meskipun aku terluka. Tapi, bukankah mencintai seseorang pada dasarnya akan membuat diriku sendiri bahagia?
Terakhir, semoga perjalananmu diantara angin musim semi bulan Mei kali ini menyenangkan, kemudian dewi fortuna yang cantik itu menaungimu, dan berjanjilah setelah ini kau akan mengejar kembali seluruh mimpimu, melewati usia pertengahan dengan cermat dan hemat, segera menikahi seseorang yang tepat untuk mendampingimu selamanya, dan jangan sampai lupa untuk tidak membiarkan dirimu dehidrasi karena terlalu asyik menelusuri kota-kota cantik di barat.
Aku sendiri tidak pernah tahu apakah doaku menyertaimu atau tidak, tapi aku selalu mendoakanmu, dalam hati, bahkan di dalam tangis tanpa airmata, maka berjanjilah untuk memiliki hidup yang menyenangkan dan berkualitas.
Oh, ya. Jika kau sempat terpikir untuk membawakan aku buah tangan, aku masih menginginkan hal yang sama darimu; bawalah pulang cerita-cerita yang menyenangkan, foto-foto yang menarik, kalaupun kau bisa, bawakan aku bunga tulip dari negeri Belanda jika kau sempat ke pinggir kota.
Tapi kurasa, kau tidak pernah mengingat aku, apalagi membawakan aku buah tangan. Tapi tidak apa, bisa melihatmu bahagia sekarang, akupun bisa mengucapkan terimakasih dan mohon maaf bila sejenak mengganggu hidupmu.
Salam hangat,
Gadis yang tetap berusaha mencuri perhatianmu meskipun kamu hanya mempedulikan pencapaian di 2048.
No comments:
Post a Comment