28.8.12

Issue

Mungkin kita tidak pernah tahu kapan kaki kita berhenti menapak jalan jalan ini. Atau dimana titik kelelahan kita, kita juga tidak tahu pasti. Segala sesuatu yang terjadi itu relatif dan bergerak secara dinamis. Orang-orang menjalaninya, kita juga. Diatas sesuatu yang tidak pasti, diombang ambing, dipermainkan.

Suatu hari ada ayunan di dekat tempat tinggal saya. Ayunan itu ayunan sederhana, ada dibawah pohon beringin yang tumbuh kekar dan sudah tua. Talinya dari tambang warna cokelat yang besar dan tempat duduknya reyot dari kayu. Tidak ada satupun anak anak bahkan orang dewasa berani menaiki atau bermain dibawah ayunan itu. Katanya angker.

Issue berhembus mengatakan sering sekali tampak sosok wanita saat malam hari bergaun putih dan berambut panjang duduk disitu. Kadang-kadang sosok wanita itu tidak tampak namun berganti dengan suara tawa atau tangisan yang berasal dari arah situ.
Semua orang mengatakan kalau bulu kuduk mereka berdiri saat hendak melintas di dekat pohon itu.

Adapula yang mengatakan dulu sempat ada sepasang kekasih yang bercumbu mesra bermain ayunan di situ kemudian tak lama mereka meninggal dunia karena kecelakaan dalam perjalanan pulang.

Adapun seorang pengemis yang hanya berteduh dibawah situ juga tak lama kemudian bunuh diri. Issue mengatakan bahwa laki laki tua itu dihantui dan dikejar kejar oleh 'penunggu' pohon beringin.

Ada begitu banyak cerita tentang kematian dan segala macam hal yang tidak logis mengenai pohon itu serta ayunannya. Hanya issue, hanya mitos, tidak ada yang berani membuktikannya atau sekedar mencoba. Katanya ini menyangkut nyawa.

Kadang aku mencoba bertanya pada manusia yang datang.
Belum saja aku sempat menunjukan kehadiranku, mereka sudah lari tunggang langgang.
Aku tidak tahu mengapa.
Sebenarnya aku juga tidak tahu aku ini siapa dan apa.

Aku hanya seorang wanita. Aku tidak tahu darimana asalku dan bagaimana aku bisa hadir disini dan setiap orang takut setiap kali ada aku.

Kadang aku menangis karena setiap orang membenciku.
Aku juga kadang ikut tertawa saat melihat atau mengingat hal lucu.

Pernah suatu kali saat aku duduk di dahan, ada pemuda-pemudi yang sedang bercumbu mesra dibawah pohon. Hari sudah mulai gelap saat itu.
Sebenarnya aku tidak peduli dengan apa yang mereka lakukan, namun saat itu aku memang sedang mengamati mereka dan termenung pada kesendirian ku.

Kemudian kulihat sang Pemuda melirik kearahku dan sekonyong-konyong lari terbirit birit di ikuti si pemudi. Lalu kulihat dari jauh mereka berdua mengendarai motor dengan kecepatan tinggi. Sampai di tikungan, tiba-tiba ada truk melaju kencang dari arah berlawan yang menerjang mereka. Sejak itu aku tidak pernah melihat mereka lagi.

Pernah juga suatu kali ada pencuri- aku tahu betul ia pencuri karena dia baru saja mengantongi dompet wanita-korbannya- dan bersembunyi dibalik pepohonan yang mengarah ke jurang. Dia berwajah malang namun ternyata sangat kriminal.
Akupun hanya sekedar membantu si pemilik dompet.

Aku berdiri disampingnya dan dia menyadari kehadiranku dan dia ketakutan setengah mati. Kulihat ia ragu dan ngeri lalu berlari kearah jurang dan dia tidak pernah terlihat lagi.

Apakah atas asumsi itu akulah pembunuh mereka? Mungkin. Sangat mungkin. Tapi sungguh, aku tidak bermaksud melakukan ini semua.

Aku menangis jika mengingat hal itu. Tersedu diatas dahan.

Tiba-tiba aku mendengar suara yang menggangguku. Suara berisik dari pergolakan mesin.
Aku lihat di bawah dahan seorang laki-laki menggenggam mesin tajam dengan kedua tangannya.
Perlahan ia menggerakan benda itu dan menggesek perlahan batang pohon tempat ku duduk.

Aku langsung turun kebawah. Aku marah dan sedih.

"Apa yang kau lakukan?" Tanyaku pada orang itu.
Ia tidak menjawab.

"APA YANG KAU LAKUKAN?" Aku mengulang sekali lagi.

Laki-laki itu menengok dan menatapku dengan kaget dan segera mematikan mesinnya.

Dengan hati-hati, ragu dan memaksakan keberanian ia berusaha berbicara dan menatapku.

"Aku minta maaf kalau aku mengganggu. Aku minta maaf juga kalau tanpa izin mengusirmu dari tempat tinggalmu. Tapi setiap orang takut padamu dan kau selalu mengganggu mereka."

"Aku tidak pernah mengganggu, aku hanya ingin bersahabat karena aku ini hilang arah." Kataku memotong.

"Aku tidak tahu. Tapi mereka sangat ketakutan denganmu."

"Kenapa mereka harus takut padaku? Aku tidak pernah berniat apalagi berbuat jahat. Kau harus tahu bahwa aku ini kesepian dan kau adalah orang pertama yang bisa ku ajak bicara." Aku berbicara tanpa sadar mengungkapkan isi hatiku.

Ia agak ternganga namun kemudian dengan bijaksana ia kembali berkata padaku,"Kunti, kau tahu siapa dirimu?" Tanyanya padaku. Ia bahkan tau namaku.

"Aku..." Aku tidak bisa menjawab.

"Kau ini jiwa yang hilang. Kau ini sama seperti aku, Kunti. Hanya saja aku adalah manusia dan kau adalah Kunti-Jiwa yang tersesat."

"Jadi aku manusia? Jadi mengapa manusia takut pada manusia?"

"Tidak, Kunti. Kau bukan manusia. Kita sama karena aku juga kesepian dan hilang. Tapi di luar konteks kau ini manusia."

"Jadi- aku ini-?"

"Kau Kunti. Hanya Kunti. Kau punya sedikit waktu untuk mendengarkan mengapa aku mau saja menebang pohonmu?"

Aku mengangguk. Ia sungguh menguasai keadaan.

"Aku tidak punya uang dan setiap orang meninggalkanku. Kau ingat tsunami di tanah ini beberapa tahun lalu? Aku ini korban-Kunti- Mungkin kau juga. Sekarang aku tidak tahu lagi harus memberi makan Bimo-anakku- apa kau aku tidak menebang pohon ini. Sebagian upahnya akan ku sisihkan untuk anakku. Kuharap kau mengerti."

Aku terdiam. Ia menantiku merespon.
Aku tidak tahu harus pergi kemana jika pohon ini ditebang. Tapi issue ini-issue tentang aku, harus segera berakhir.

Aku gamang. Ia menatapku memohon.
Bukan-bukan karena cerita sedihnya. Tapi aku tahu disana akan selalu ada peluang untukku tidak kesepian lagi tapi aku tidak tahu dimana dan bagaimana.

"Jadi?" Ia menagihku.

"Kau boleh tebang- aku akan pindah, tapi ingat, ini bukan karena kisah picisanmu."

Ia tertawa kecil. "Ceritaku gak sesungguhnya benar kok." Katanya sambil tertawa.

Aku diam merasa dibodohi, aku tidak marah, tapi aku mendendam.

Kemudian aku menyatu dengan angin.

Perlahan-lahan laki-laki itu menyalakan mesin penebang pohon lalu menebangnya perlahan.
Pohon itu tumbang pelan-pelan.

Namun tiba-tiba ada badai aneh datang dan pohon itu jatuh kearah si penebang pembohong itu.
Seketika ia terjepit batang pohon dan darahnya merembes kemana.

Issue itu telah tumbang.

No comments:

Post a Comment